Pengertian MRP (Material
Requirements Planning)
Perencanaan kebutuhan
material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau prosedur yang
sistematis untuk menentukan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan dan
pengendalian item barang (komponen) yang tergantung pada item–item tingkat
(level) yang lebih tinggi (dependent demand). Ada 4 kemampuan yang
menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu:
- Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
- Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
- Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
- Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.
Sejarah MRP
Sebelum MRP ada dan
sebelum komputer digunakan industri, metode reorder point/reorder quantity
jenis (ROP / ROQ) seperti EOQ (Economic Order Quantity) telah digunakan
dalam manufaktur dan manajemen persediaan. Pada tahun 1964, Joseph Orlicky sebagai
respon terhadap program manufaktur Toyota, mengembangkan material perencanaan
kebutuhan (MRP). Perusahaan pertama yang menggunakan MRP adalah Black
& Decker pada tahun 1964, dengan Dick Alban sebagai pemimpin proyek. Oliver Wight
ikut berjasa mengembangkan MRP ke perencanaan sumber daya
manufaktur (MRP II). Pada tahun 1975 MRP dilaksanakan di
150 perusahaan. Jumlah ini telah tumbuh secara pesat menjadi sekitar 8.000 pada
tahun 1981.
Ruang Lingkup MRP
Fungsi sistem MRP
meliputi pengendalian persediaan, tagihan pengolahan material dan
penjadwalan dasar. MRP membantu organisasi untuk mempertahankan tingkat
persediaan rendah (optimal). Hal ini digunakan untuk merencanakan manufaktur,
pembelian dan memberikan kegiatan.
Suatu perusahaan yang
memproduksi barang, apapun produk mereka, akan menghadapi masalah praktis yang
sama sehari-hari bahwa pelanggan menginginkan produk akan tersedia dalam waktu
yang lebih singkat dari yang dibutuhkan untuk membuat mereka ini berarti bahwa
beberapa tingkat perencanaan diperlukan.
Perusahaan perlu
untuk mengontrol jenis dan jumlah bahan yang mereka beli, merencanakan produk
mana yang akan diproduksi dan jumlah barang yang harus diproduksi serta
memastikan bahwa mereka mampu memenuhi permintaan pelanggan saat ini dan masa
depan, semua dengan biaya serendah mungkin. Membuat keputusan yang buruk
dalam bidang ini akan membuat perusahaan kehilangan uang seperti pada beberapa
contoh masalah sebagai berikut:
- Jika sebuah perusahaan membeli barang dalam jumlah cukup dari item yang digunakan dalam suatu proses produksi (manufaktur) tetapi terdapat beberapa barang yang rusak, perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban kontrak untuk memasok produk tepat waktu.
- Jika sebuah perusahaan membeli barang dalam jumlah banyak, sehingga melebihi item barang yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi (manufaktur), uang tunai yang dipakai untuk membeli barang tersebut mungkin dapat dipakai untuk keperluan lain dan barang yang dipakai sebagai stok bahkan mungkin tidak pernah digunakan sama sekali.
- Penentuan waktu awal produksi pesanan yang salah dapat menyebabkan batas waktu maksimal yang diharapkan pelanggan terlewatkan yang mengakibatkan kekecewaan pada pelanggan.
Dengan adanya MRP
diharapkan permasalahan-permasalahan klasik seperti pada contoh tersebut dapat
diatasi. Selain berbagai permasalahan tersebut MRP juga menyediakan jawaban
untuk beberapa pertanyaan mendasar yaitu:
- Apa saja barang yang dibutuhkan?
- Berapa banyak barang yang dibutuhkan?
- Kapan barang tersebut dibutuhkan?
MRP dapat diterapkan
baik untuk item yang dibeli dari pemasok luar dan sub rakitan, diproduksi
secara internal, yang merupakan komponen dari barang-barang yang lebih
kompleks.
Elemen MRP
Tujuan MRP adalah
menentukan kebutuhan dan jadwal untuk pembuatan komponen-komponen sub asembling
atau pembelian material untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh MPS. Jadi MRP menggunakan MPS untuk memproyeksi kebutuhan
akan jenis-jenis komponen (component parts).
Elemen-elemen MRP
meliputi:
- Penjadwalan Induk (Master scheduling) Bertujuan untuk menentukan output fungsi operasi.
- Bagan Bahan (Bill of Material) Bahan-bahan apa saja dan berapa komposisi untuk suatu produk.
- Catatan Persediaan (Inventory Record) Catatan dari akumulasi transaksi sediaan yang terjadi di perusahaan atau pabrik.
- Perencanaan Kapasitas (Capacity Planning) Suatu cara membuat perencanaan kapasitas, yaitu :
- Rough Cut Capacity Planning, perencanaan kapasitas pemotongan kasar yang lebih sedikit melakukan kalkulasi.
- Shop Loading, perencanaan yang lebih akurat dari pada Rough Cut Capacity Planning.
- Pembelian (Purchasing) Diperluas fungsinya tidak hanya sekedar membeli, tetapi termasuk juga membangun kepercayaan pemasok.
- Pengendalian Pengelola Bengkel (Shop-floor Control) Bertugas untuk mengendalikan aliran bahan dengan memperhatikan lead time yang ada. Jangan sampai terjadi penumpukan akibat tidak lancarnya aliran bahan.
Proses MRP
Sistem MRP memerlukan
syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Bila syarat
pendahuluan dan asumsi-asumsi tersebut telah dipenuhi, maka kita bisa mengolah
MRP dengan empat langkah dasar sebagai berikut :
- Netting (penghitungan kebutuhan bersih). Kebutuhan bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari kebutuhan kotor (GR) minus jadwal penerimaan (SR) minus persediaan ditangan (OH kebutuhan besih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.
- Lotting (penentuan ukuran lot). Langkah ini bertujuan menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih. Metode yang umum dipakai dalam prakteknya adalah Lot-for Lot (L-4-L).
Arus Informasi Sistem
MRP
- Master Production Schedule (MPS)
MPS
merupakan ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang
dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau ramalan permintaan. System MRP
mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam MPS adalah pasti, kendatipun
hanya merupakan ramalan.
- Bill Of Material (BOM)
BOM
merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk
memproduksi barang jadi sesuai dengan MPS. Secara spesifik struktur BOM tidak
saja berisi komposisi komponen, tetapi juga memuat langkah penyeledaian produk
jadi. Tanpa adanya struktur BOM sangat mustahil untuk dapat melaksanakan system
MRP.
- Infentory Master File (IMF)
Terdiri
dari semua catatan tentang persediaan produk jadi, komponen dan sub-komponen
lainnya, baik yang sedang dipesan maupun persediaan pengaman.
Faktor Kesulitan
Dalam MRP
Terdapat lima faktor
yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam proses MRP yaitu:
1.
Struktur Produk
Semakin
rumit struktur produk, akan membuat perhitungan MRP semakin rumit pula.
Struktur produk yang komleks terutama kearah vertikal, akan membuat proses
penentuan kebutuhan bersih, penentuan jumlah pesanan optimal, penentuan saat
yang tepat melakukan pasanan, dan penentuan kebutuhan kotor menjadi
berulang-ulang.
2.
Ukuran Lot
Jika
dilihat dari cara pendekatan masalah, terdapat dua aliran dalam penentuan
ukuran lot yaitu, pendekatan periode dan level by level
3.
Tenggang Waktu
Perbedaan
dalam tenggang waktu akan menambah kerumitan dalam proses MRP. Oleh karena itu
kita dihadapkan pada masalah penentuan saat paling awal dan saat paling lambat
suatu komponen harus selesai atau disebut dengan lintasan kritis.
4.
Perubahan Kebutuhan
MRP
dirancang untuk menjadi suatu sistem yang peka terhadap perubahan baik
perubahan dari luar maupun perubahan dari dalam (kapasitas). Kepekaan ini
bukanlah tidak menimbulkan masalah, perubahan kebutuhan produk akhir tidak hanya
mempengaruhi rencana pemesanan, tetapi juga mempengaruhi jumlah kebutuhan yang
diinginkan.
5.
Komponen Yang Bersifat Umum (Communality)
Adanya
komponen yang bersifat umum (dibutuhkan lebih dari satu induk item) akan
menimbulkan kesulitan apabila komponen umum tersebut berada pada level yang
berbeda. Diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, baik dalam jumlah maupun
waktu pelaksanaan pemesanan.
Kemampuan Sistem RMP
Ada empat kemampuan
yang menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
Maksudnya adalah menentukan secara tepat “kapan”
suatu pekerjaan harus diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk
memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan pada jadwal induk
produksi.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP
dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk
memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar atau dibuat sendiri.
4. Mentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu
jadwal yang sudah direncanakan.
Apabila
kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu
yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana
penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar